Friday 28 December 2012

#gambar idoep: Luther


Cerdas Beragama





Cerita bermula dari Luther yang pada suatu malam gelap, hujan lebat di luar. Gemuruh petir menyambar. Dalam keadaan kuyup dan ketakutan, Luther bernazar, ia akan jadi BIARAWAN jika TUHAN menyelamatkan hidupnya. Maka jadilah anak penambang ini seorang Biarawan.

Suatu ketika, setelah jadi biarawan, ia diutus mengantar surat ke Roma. Meski termasuk pendeta baru, ia berpendidikan tinggi, seorang sarjana hukum, karena itu di anatara sekian biarawan, Luther yang diutus ke Roma.

Masuk gerbang kota, ia dikagetkan dengan kehadiran pelacur, pengemis, dan selusin orang-orang miskin. Pendeta bebas menyalurkan hasrat dengan pelacur, serta santo-santo digadaikan dalam jimat yang dijual bebas.  

Ia menyaksikan sendiri, di Roma ini, orang-orang harus mengeluarkan uang setiap kali berdoa. Untuk dapat berdoa di depan tengkorak Yohanes, ia harus membayar terlebih dulu, sudah begitu, tidak bisa berlama-lama dan berkhusuk-khusuk ria. Pendeta yang menjaga akan segera menyeret keluar jemaah yang terlalu lama berdoa. Di belakang, masih ada ratusan orang mengantri.

Lain waktu ia mengikuti ritual penebusan dosa. Dengan membeli indulgensia, berdoa Bapa Kami setiap anak tangga dari paling bawah sampai puncak, ia akan membebaskan orang yang didoakannya, sang kakek Hendrik Luther dari apu penyucian menuju gerbang surga. Satu perak untuk satu indulgensia. Kalau ditambah barang dua tiga perak, ia mungkin bisa membebaskan keluarganya yang lain juga. 

Sepulang dari Roma, ia mulai merasakan ketidakberesan dalam Katolik Roma. Luther, oleh gurunya, kemudian dikirm untuk menuntaskan keinginantahuannya yang dalam akan kasih Tuhan yang sebenarnya untuk belajar teologi di Wittenberg.

Sama halnya seperti di Roma. Di sini pun, Luther masih menemukan kenyataan yang berlawanan dengan akal sehat serta hati nuraninya. Setiap pendeta baru datang, berarti beban bagi warga Wittenberg. Membayar sedekah untuk menanggung hidup si pendeta. Sementara mereka sendiri harus melarat.

Ia melihat bagaimaan Pendeta berkhotbah di hadapan kerumunan rakyat miskin bin melarat, para tukang, kuli, pelacur, peminta-minta, seperti layaknya sales mengobral indulgensia. Dengan memberikan efek dramatis, seperti visualisasi neraka. Mereka yang berdosa, akan dibakar dalam bara api.

Dibayangi ketakutan seperti itu, jemaah berbondong-bondong membeli indulgensia. Tidak tega rasanya membayangkan sanak keluarga mereka kelak dilahap  api neraka. Indulgensia, seolah rakit yang akan melarung mereka menuju keselamatan tuhan. Surga.

Luther jelas marah. Tuhan Maha Pengasih, baginya. Dialah yang karena cinta kepada umatnya, rela memikul salib. Tapi tuhan, telah dihadapkan kepada umatnya sangat menakutkan, menyiksa, menyeramkan, dan pamrih.

Indulgensia, hanya selembar kertas yang bisa dikeluarkan oleh setiap Uskup. Tapi lembar kertas ini, bisa ditukar dengan kepingan uang yang konon dapat menyelamatkan manusia dari api neraka. Luther menyangkalnya. 



Ia lantas menulis surat yang berbunyi;

Kepada Albert di Mainz.
Bapa dalam Kristus dan pangeran yang termasyhur.

Maafkan atas kelancanganku menulis surat padamu. Aku memberanikan diri sebab itu tugasku untuk melayanimu dan memperingatimu akan praktik tidak benar dari mereka yang mengaku meakili Anda. Kristus tidak memerintahkan penyebaran indulgensia. Tapi penyebaran injil.
 
Orang Kristen harus diajarkan kalau orang memberi pada yang miskin, atau meminjamkan pada yang membutuhkan, melakukan hal yang lebih baik daripada yang membeli indulgensia. Kalau Paus bisa mengosongkan api penyucian, mengapa dia tidak melakukannya demi kasih namun demi uang?

Surat itu kemudian sampai ke Roma, kedua murid Luther di sekolah teologia mencetaknya makin banyak dan menyebarluaskannya ke semua warga. Dan tebak, bagaimana reaksi masyarakat kelas bawah dan para penguasa negara dan pemuka gereja.

Hidup Luther mulai berbuah ketika ia memutuskan untuk mengikuti hati nurani dan melawan ketidakadilan. Ia mulai terseret dalam kelindan penguasa dan gereja. Antara Jerman dan Roma. Ia mengahadapi berbagai kemelut dalam hidupnya. Ia berjuang keras untuk itu. Satu prestasi terbesarnya adalah menerjemahkan Injil dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Sejak itu pula, gereja Jerman memisahkan diri dari Roma. Ini yang kemudian kita kenal sebagai peristiwa reformasi gereja.

Gereja, pada masa itu, begitu hegemonik. Bagaimana tidak, sumber pengetahuan agama adalah Injil, tapi injil ini berbahasa Yunani sementara berjuta umatnya bukan orang Yunani saja. Jadi, siapa yang punya sumber otoritas penyebaran Injil selain mereka yang bisa berbahasa Yunani dan belajar Theologia. Orang miskin hanya punya sedikit kemungkinan. Untuk bisa sekolah, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.

Baik penguasa negara maupun gereja, dalam hal ini, melestarikan hegemoni mereka atas khalayaknya dengan tetap membiarkan mereka bodoh, menjauhkan mereka dari pengetahuan. Agama juga mereka gunakan sebagai sarana. Lewat agama, mereka mengeruk kekayaan untuk penguasa. Ambil contoh indulgensia tadi. Lewat agama, orang diajarkan untuk patuh seutuhnya pada penguasa, meski selalim apa pun orangnya. Agama mengajarkan orang untuk bersabar atas segala keterpurukan, kebodohan, kemiskinan yang mereka alami. Seolah seperti itulah mereka maksud penciptaan mereka, bukan karena penguasa yang tidak becus mengurus rakyatnya.

Agama bagai candu bagi masyarakat ini (mengutip eyang Marx). Candu yang membuat mereka lupa akan segala bentuk kemiskinan dan derita, sebab satu pengetahuan telah mengelabui mereka; surga dijanjikan bagi mereka yang bersabar dan taat. Jadi, semakin seseorang beragama tanpa kecurigaan, maka semakin ia tak berdaya untuk melawan. 






Wednesday 19 December 2012

tentang ingatan

from here



Ingatan saya cukup baik. Masih jelas menghadirkan potongan-potongan kisah yang berkesan bagi saya. Bahkan visualisasi bisa lebih jelas saat momen-momen tertentu.

Saya bersyukur untuk itu. Tapi tidak untuk beberapa kasus.

Saya bukan tipe orang terbuka. Juga bukan orang yang dengan mudah percaya dan mempercayakan hati pada orang lain. Mungkin ini warisan dari leluhur saya, libra. Penakar untuk menimbang-nimbang segala sesuatu, bahkan pada hal-hal yang mungkin tidak perlu ditimbang juga. Karena itu, ketika saya sudah memutuskan, saya berharap itu yang terbaik dan abadi. Saya tidak pernah menyiapkan diri mengahadapi kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi di awal, tengah atau akhir perjalanan.

Dan ketika kemungkinan itu menampakkan diri dalam kenyataan, saya limbung.

Kerapuhan menggrogoti saya perlahan-lahan. Tapi kamu tidak pernah tahu, kan?

Ia, ingatan saya, sama kurang ajarnya dengan rindu. Datang tanpa diminta. Mendudukkan saya di depan layar memutarkan film yang sama sekali tidak ingin saya tonton. Ia bisa saja melakukan itu sekarang, besok, atau sepuluh tahun lagi. Tak peduli saya di mana. Bergandeng dengan siapa, sedang mencium siapa. 





Monday 17 December 2012

(calon) Rektor Baru...


Sebentar lagi kampus saya akan punya rektor baru. Setelah sekian tahun rektor kampus saya satu orang itu saja. Mulai jaman nama kampusnya masih UIIS, Stain, sampai jadi UIN kayak sekarang. Kira-kira lebih dari 12 tahun lah…

Ini pasti kabar gembira bagi hadirin setia acara-acara besar kampus yang mewajibkan rektor ceramah sambutan. Sebab mereka tidak akan mendengar satu album kaset yang diputar terus-terus. Kampus ini sudah begini, berprestasi begitu, dan punya mahasiswa internasional dari negara sana-sini, punya program unggulan blah-blah-blah, dan bayak mencontohnya….. Kira-kira begitulah kalau calon mantan rektor saya ngasih sambutan di setiap kesempatan. Saya pernah bertemu seorang ibu, waktu tahu saya anak UIN, si ibu langsung tanya, rektornya masih yang lama? Sudah tua yah, kuk belum ada penggantinya yang muda? Kalau sambutan suka ngulang-ngulang yah… mungkin sudah tua kali, ya, mbak. Saya mesam-mesem menanggapi.

Kabar burung yang beredar (gak tahu deh burung dari mana), dari 4 bakal calon sebenarnya yang dijagokan cuma satu. Yang lainnya sebagai pelengkap gitu. Dan mungkin itu sedikit benar. Beberapa hari lalu waktu penyampaian visi-mis calon rektor, hanya 1 yang yang terlihat bersemangat dan yakin akan terpilih. Sisanya seperti presentasi biasa di kelas. Malah ada 1 calon tidak hadir. Sakit katanya.

Saya jadi teringat masa sma dulu. Waktu pemilihan ketua OPPK Putri (semacam OSIS gitu) saya dan teman-teman satu angkatan sudah sepakat memilih Aan sebagai ketua, Naila jadi wakil, saya jadi sekretaris, dan Leli jadi Bendahara. Sampai struktur-struktur kecilnya sudah kami siapkan semua.

Tapi OPPK Demisioner punya aturan sendiri yang harus kami taati soal regenerasi. Katanya kami perlu belajar menjalankan pesta demokraasi yang baik dan benar. Menurut aturan, jabatan ketua diisi oleh calon dengan suara pemilih terbanyak, jabatan sekretaris dan bendahara diisi oleh calon-calon sisanya. Ini berarti, biar saya atau Leli dan Naila tidak ingin jadi ketua, mau gak mau harus ikut serangkain acara pemilihan agar struktur yang sudah kami sepakati sebelumnya tidak berubah.

Mula-mula dibentuk kelompok (partai) untuk tiap calon. Anggota-anggotanya ini yang akan mensosialisaikan dan mengampanyekan calon ketua ke semua siswa. Lalu ada malam jajak pendapat, kampanye monologis, kampanye dialogis, psikotes (kayak mau lamar kerja ajah :D), sampai malam ploncoan khusus sama pengurus demisioner. Ploncoan, habisnya ini mengingatkan saya pada malam MOS. Jam 12 belas dibangunkan, dan di suruh ke sekolah, dan masuk ruangan untuk diinterogasi dan suruh macam-macam.

Untuk menyiasati biar massa tidak terkecoh selama masa kampanye, kami menugaskan mata-mata untuk menyebarluaskan propoganda ke adik-adik kelas: Dek, ingat! Jangan lupa yang dipilih itu mbak Aan yah…

Semuanya saya lewati dengan perasaan enteng. Tanpa beban sama sekali. Saya menikmati ini sebagai permainan drama. Kecuali saat harus berbicara depan umum. Saya suka grogi dan mules.
 
Well, saya harap pemilihan rektor bisa lebih demokratis dan dewasa :)

Semoga rektor baru bisa memberi perubahan. Sebab sepertinya yang namanya rektor itu jauh dari mahasiswa. Gak merakyat. Tersembunyi di balik menara gading gedung rektorat. Rektor cuma bisa ditemui saat pembukaan OSPEK, seminar-seminar yang mendatangkan menteri anu, gubernur itu, dan dirjen ini. Atau minta tanda tangan proposal kegiatan, itu juga jarang-jarang.

Saya sangat ingin melihat adik-adik tingkat saya bisa hidup bebas di bawah kebijakan yang memang bijaksana. Saya tidak ingin melihat mereka harus terkungkung satu tahun di asrama yang buka sampai pukul 09.00 malam. Mereka tidak harus wajib mengikuti kuliah bahasa Arab dari pukul 14.00-20.00 selama dua semester penuh, tiap Senin-Jumat (ngalah-ngalahin anak pesantren.) Mereka-mereka ini kelak tidak boleh jadi korban pencitraan kampus. 

Semestinya mereka bisa punya banyak waktu luang untuk belajar lain-lain yang juga penting, misal mengembangkan bakat-minat di unit aktivitas mahasiswa, menyalurkan hasrat berorganisasi, ikut club-club debat, atau sekadar baca buku di perpustakaan. 

 Hopefully…





Wednesday 12 December 2012

tak bernama


pict from eyang google


ombak kesedihan menerpa sesuatu tak bernama di dadaku
suatu tempat perasaan bermuara
bergulung-gulung
desak-mendesak.

apa ini...
air mata bahkan tak mampu menerjemahkannya
bukan,
bukan bimbang,
gamang
apalagi galau
atau saraf sedang galat

yang kutahu, hanya wajahmu terus membayang




Friday 7 December 2012

my fave boy



what do you think?

November kemarin saya menemani teman saya, Si Ariph, menemui Mas Alfan di sekretariat Dewan Kesenian Malang (DKM). Mas Alfan tinggal di situ sama keluarga kecilnya. Mas Alfan ini pelukis. Nah, yang di atas itu lukisan dia juga. Waktu pertama masuk galeri kerjanya, mata saya gak bisa lepas dari this lil boy. Langsung jatuh cinta :)






Tuesday 4 December 2012

#novel: The Expected One




Kalau ada yang bilang The Da Vinci Code-nya Dan Brown kontroversial lantaran mengisahkan Yesus seperti manusia biasa yang juga bisa menikah. Lebih gila lagi, menikah dan memiliki anak dengan perempuan yang dalam gereja dianggap sebagai pelacur, Maria Magdalena. Novel Kathleen McGowan ini lebih kontroversial lagi.

Maria Magdalena, dalam novel ini, berasal dari keluarga bangsawan Yahudi. Sejak kecil, dia dekat dengan Easha, nama kecil Yesus. Namun ketika dewasa, ia terpaksa dinikahkan dengan Yohanes Sang Pembaptis. Pernikahan ini sarat intrik politik kekuasaan dan agama. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, Yohanes-Yusuf

Bagaimanapun, takdir akhirnya menyerah pada kekuatan cinta. Yohanes mati dipenggal, dan Maria menjanda. Takdir pula yang mempersatukan kembali Yesus dan Maria. Yesus menerima Maria apa adanya, meski Ia tahu Maria janda beranak satu. Mereka memiliki sepasang anak, Sarah-Tamar dan Yeshua-Daud

Itu baru soal percintaan. Belum soal politik dalam kehidupan Yesus-Maria-Yohanes yang mengantarkan mereka pada ajal dan pengasingan. Yohanes mati dipenggal oleh penguasa Herodes, Yesus mati disalib, sementara Maria harus menyelamatkan keturunan Yohanes dan Yesus dari kejaran para penguasa. Anak Yohanes akhirnya diselamatkan para pengikut setia bapaknya, sementara maria dan anak-anak Yesus meneruskan perjalanan ke dataran Eropa. Di sanalah mereka meneruskan hidup dengan menyembunyikan identitas, agar bisa hidup tenang dan selamat.

Saya melihat ada kesamaan antara The Da Vinci Code dan The Expected One dalam menceritakan Maria Magdalena. Maria Magdalena tidak pernah dihadirkan sebagai karakter utama dan cerita yang berdiri sendiri. Kisah Maria, seperti bingkai dalam bingkai. Jika dalam The Da Vinci Code, Sophie dan Robert menyibak misteri Maria dari kode yang mereka pecahkan, dalam The Expected One ini Maria tampil di atas catatan yang ditulisnya sendiri yang di kemudian hari ditemukan oleh Maureen. Catatan itu dikenal sebagai Injil Arques Maria Magdalena, Kitab Para Murid.

Eniwei, saya menghatamkan novel ini selagi lampu di kamar mati minta diganti. Tiga malam ditemani lilin, dan pintu yang dibuka lebar, biar cahaya dari luar kamar bisa nyelinap masuk. Dan Christina Perri berulang-ulang menyanyikan A Thousand Years. Kayaknya lebih pas jadi soundtrack novel ini ketimbang jadi OST Breaking Dawn :)


Wednesday 28 November 2012

perihal kenangan


Tahukah kau, di mana orang mati sekarang?
Kenangan

Lalu di mana waktu kita yang telah berlalu?
Kenangan

Akan ke mana waktu kita sekarang?
Kenangan

Dan, waktu yang akan datang pun
Kemudian hari bakal jadi
kenangan

Tapi kenangan yang mana dan bagaimana?
Tak tahulah...
Kita terjebak, di entah kenangan siapa


Tuesday 27 November 2012

ganjil vs genap


Ganjil.
Bukan perasaanku.
Tapi situasi sekarang.
Dulu kita genap.
Lalu tanpamu...

Iya, dulu empat.
Genap. Sekarang tiga.
Bukankah itu angka ganjil…

Jadi,
Kadangkadang, untuk menggenapkan
Aku memintamu berkunjung,
Ke dunia di mana kita bisa tak lagi ganjil
Kenangan… 




Wednesday 14 November 2012

Menziarahi perempuan


Perempuan, inilah aku -anakmu perempuan
Berjalan jauh menyusuri gundukan tanah basah kuburan baru
Membaui hadirmu di antara makam berkijing dan tidak
Berusaha menemukan namamu pada nisan lamat-lamat

Sungguh perjalanan panjang
Menziarahi guna berlutut di depan belulangmu
Sembari menaburkan kembang dan meletakkan sebuket mawar- persis di bawah namamu

Terberkatilah kau perempuan,
Untuk memberikan apel kepada lelakimu; telah kau bukakan pikirannya
Untuk keberanianmu telanjang; upaya mendapatkan kunci menuju bumi
Bumi tempat kau dan lelakimu memadu kasih
Beranak pinak
Bumi tempatmu menemukan arti

Terberkatilah kau perempuan,
Pada luruh darahmu kehidupan bermula; lalu kau dinistakan karenanya
Dari rahimmulah manusia -anak-anakmu
Dan dari dada ranummu pula manusia menyusu kehidupan
Hisap habis menyisakan puting besar sarat jejak gigitan kemarahan

Kau perempuan terbuang
Anak-anakmu, bibir mencium pipi,
Tapi tangan yang memeluk punggungmu berbelati
Menusukmu sebagai ganti kehidupan yang kauberikan
Demi iri atas alam yang tak sempat mereka cicipi
Demi dunia tempatmu terusir dan menyingkir
Demi alam yang dinantikan
            Firdausi, bukan Bumi

Aku berdoa untukmu perempuan
Di akhir pertemuan
Sebelum melafal kata terukir di nisan 
H  A  W  A

Pada rahimmu aku berhutang kehidupan

Malang, 12 Agustus 2012





Wednesday 7 November 2012

I'm Ok, Himmah :)


Suatu hari, setelah sekian lama, saya memutuskan untuk ke perpustakaan pusat kampus. Nyaris satu semester ini saya tidak pernah berkunjung ke perpus lagi. Di antara kami, saya dan perpus, seolah sudah tidak ada yang dapat dipertahankan (heh?). Tidak ada alasan bagi saya untuk mengunjunginya.

Ya, memang sudah mulai menyicil skrips(h)i(t), tapi tidak ngoyo, lagipula koleksi referensi milik perpus fakultas dan SAC lumayan lengkap. Saya juga lebih suka cari buku di Pasar Buku Wilis yang murah meriah, atau ke Togamas yang diskonnya gila-gilaan. 

Tapi hari itu saya memang harus ke perpus pusat. Saya perlu membaca banyak referensi. Tulisan untuk si ino harus segera diselesaikan.

Untuk bisa masuk perpus dan bebas meminjam buku, saya diwajibkan memperpanjang masa aktif KTM saya dan membayar Rp= 5.000 sebagai ganti biaya administrasi. KTM di kampus saya berlaku hanya sampai 8 semester perkuliahan, lebih dari itu harus memperpanjang.

Pencarian buku pun dimulai di lantai 3 perpustakaan. Berawal dengan mengitari satu demi satu rak-rak yang berjejer di sebelah utara. Karena buku yang saya cari bertema agama, saya yakin sekali pasti nyelip di antara rak sebelah sini. Mulai timur sampai barat, depan belakang, akirnya ketemu juga di rak kedua paling barat. Syiah-Sunni, ada diantara daftar yang tertera di rak.

Mata dan tangan saya mulai menyisir buku-buku. Dari atas kebawah, bawah ke atas lagi.  Nihil. Saya lantas berpaling ke rak sebelahnya, rak paling ujung. Mungkin petugasnya salah taruh.

Mulai lagi, dari kanan ke kiri. Atas-bawah, jungkir-balik. Perasaan sedikit putus asa bikin saya jadi lemas dan lapar. Setelah beberapa saat, akhirnya saya menemukan dua buku. Tuh, kan, apa saya bilang. Buku-buku Syiah-Sunni dipindah ke rak ini. Ada di pojok paling bawah. Buku-buku-nya tidak banyak. Dari lima buku yang saya butuhkan, hanya ada dua, sisanya mungkin lagi dipinjam.

Saya santai sejenak. Sudah tidak kuat rasanya berdiri, apalagi harus memiringkan kepala biar bisa baca judul buku di rak. Sembari selonjoran dan bersandar ke rak, saya membuka halaman-halaman buku. Membaca. Peduli amat dengan pengunjung lain. Lapar saya sudah naik sampai ke ubun-ubun.

Saya merasa perempuan di sebelahku menatap saya. Lama sekali. Sampai akhirnya saya balas menatapnya. "Navis?" sapa perempuan tadi keheranan, teman-teman di kampus memanggil saya Navis. Ia pindah posisi, ikutan duduk di depan saya. Saya cengengesan saja, sambil menatap wajahnya, saya coba ingat-ingat siapa namanya. Yang saya ingat pasti dia teman saya di PKPBA waktu semester satu-dua dulu. "Himmah…," akhirnya saya bisa nyebut nama dia.

Himmah yang di belakang itu, serius bgt blajar PKPBA


Ia mulai menyanyai saya. Kami sudah lama tidak bertemu. Dari tatapannya, saya merasa dikasihani. Mungkin tampang saya seperti orang depresi. "Kamu nyari buku buat apa? Masih ada kuliah? Atau buat Skripsi?" saya hanya menggeleng. Saya jelaskan kalau saya sedang tidak mencari buku untuk urusan kuliah. "Skripsi kamu belum selesai, yah? Teman-teman kita yang belum lulus siapa saja?" Ia terus menanyai saya. Menyinggung-nyinggung skripsi. Saya kasih tahu lagi, saya sudah proposal, dan skripsinya masih saya simpan dulu di loker, belum saya otak-atik lagi. Teman-teman kami jaman PKPBA dulu juga ada yang belum lulus, terutama anak sastra inggris, yang sejurusan dengan saya.

Teman saya ini belum juga berhenti menatap saya. Masih dengan tatapan aduh-vis-kamu-kok-kurus-kaya-orang-mikir-skripsi-yang-gak-selesaiselesai. Saya melengkungkan senyum lebar, dan berhenti menunjukkan raut orang kelaparan. Ekspresi wajahnya sedikit berubah.

Kami mulai bercerita yang asik-asik. Saya masih dengan posisi selonjoran, himmah di depan saya. Lorong antar dua rak ini jadi milik kami berdua. Himmah lulus semester 7, bulan mei lalu. Sekarang sedang melanjutkan S2 di pasca-sarjana di Batu. Sesekali terdengar, "Ayo, semangat. Selesaikan skripsimu, vis. " Ia terus-terusan menyemangati saya.

Beberapa saat kemudian saya memutuskan untuk keluar lebih dulu. Saya berlalu. Cacing dalam perut kegirangan. Tahu ajah kalo mau dikasih makan. Ketika hendak menuruni tangga, Himmah memanggil saya, tangannya mengacungkan buku yang tadi saya tinggalkan. Saya menggeleng, "Gak jadi. " sambil menunjukkan dua buku yang sudah saya pilih. Ia mengangguk, "Semangat ya!"

Saya tersenyum. Trims, sudah perhatian sama saya :)
Malang, 5 November 2012

Tuesday 30 October 2012

cowok dulu, cewek kemudian


Warung di sudut salah satu jalan daerah kerto selalu ramai dikunjungi pengunjung. Kebanyakan mahasiswa; kalo gak UIN,  ya anak UB. Pagi itu saya turut mengantri di sebelah dua teman saya. Karena agak lama, sesekali saya duduk sembari menunggu giliran teman saya tiba.

Tiba giliran saya. Saya menyebut beberapa menu yg saya pesan. Di sebelah saya ada sepasang kekasih. Si cewek juga ikut memesan. Sementara si ibu mulai mengisi piring dengan seporsi nasi penuh.

"Mas-nya mau pesan apa?" tanya ibu penjaga warung.

"'Saya dulu, bu." sela si cewek tadi. Saya sudah mulai merengut.

"Yang cowok dulu yah, mbak. Perempuan kan suwargo nunut, nereka katut."

Saya bersitatap dengan teman saya. Tak percaya!









Thursday 25 October 2012

common law friend...


Sahabat, teman. Mungkin itulah yang terbaik buat kita. Yang sangat tepat untuk kita. Setidaknya menurutku; saat ini.

Seorang teman selalu menerima sahabatnya dalam semua kekurangan dan kelebihan. Selalu ada saat sedih, susah, senang, tawa, duka, dan lelah. Berbagi cerita. Saling memaafkan, tak pernah tahan berdiam-diaman meski sehari saja.

Dengan teman, sahabat tak perlu canggung. Jaim. Bebas jadi diri sendiri. Dan itu yang aku mau.

Kau. Aku. Kita tak perlu berubah jadi orang lain. Tidak harus berpura-pura jadi lebih baik. Sempurna.

Cukup begini saja. Seperti kita yang dulu. Seperti sebelumnya. Seorang teman yang sangat saling memahami. 

Aku menginginkanmu sejatinya. Tak sedikitpun kuragukan cinta yang meluap di matamu. Tapi apatah arti cinta jika ia membelenggu dan menuntut.

So, just be my common law boyfriend forever. And I'll be yours too :)


 
form here








Wednesday 17 October 2012

nak-kanak sampang


Setelah tiba di Sampang, Madura,  saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu para penyintas di Gor Sampang. Bermodal sedikit nekat, Asrus, Arif, Fifink dan saya mendaftarkan diri jadi relawan. Saya tidak punya pengalaman jadi relawan sebelumnya. Saya tidak punya keahlian apa-apa. Saya hanya bisa bermain dengan anak-anak dan mejadi teman yang baik.

Rabu pagi, 5 September, awal pertama saya bertemu anak-anak. Kebetulan guru yang biasanya mengajar belum tiba. Bersama Nira, satu-satunya dokter yang ada, Mbak Anisa, Mbak Sundari, dan satu orang lagi aktivis gus durian (haduh, maafkan saya yg pelupa ini), kami lantas membuatkan susu dan membagikan biskuit untuk ke anak-anak.

Saya sebenarnya ingin bermain dengan para balita di PAUD, tapi sudah ada guru-nya. Jadinya saya pindah posisi ke tenda sebelah --sekolah darurat untuk anak SD.

Jangan dikira lantaran di sekolah saya lalu harus menjadi guru. Saya tetap memposisikan diri sebagai teman bermain (halah, emang aku gak bisa ngajar). Kami bermain apa saja, bermain role play guru-murid -saya yang jadi gurunya, hokey-pokey, sampai potong bebek angsa dan bernyanyi. Di lain hari kami belajar berbalas pantun. Kalau soal pantun, anak-anak jago sekali.


Biasanya setiap pagi ada perpustakaan keliling yang sengaja didatangkan hingga siang hari, jam sekolah selesai. Saya kadang membacakan buku certita untuk anak-anak. Oh, bukan membaca, mengarang sebenarnya. Soalnya anak-anak suaka nanya gini, "kuk gak ada di gamabar?"

Meski baru kenal beberapa hari, anak-anak ada yang lengket dan suka ngintil saya kemana-mana. Ada Nurul yang hobi pinjam hape saya buat foto Bu Dokter, dia bilang kalau sudah besar dia juga mau jadi dokter. Dia ini juga yang mau nemenin saya ngantri mandi. 

Jelis (tulisnya gampang, lafalinnya susah banget. Harus cocok sama cengkok Madura), dia ini yang paling sering ngintil saya, suka ngajak ngobrol, tapi saya sama sekali tidak paham bahasa Madura, parahnya dia juga sama sekali tidak menguasai bahasa apa pun selain bahasa Madura. Saya harus sering-sering tanya temannya "dia bilang apa?". Bahasa isyarat jadi sarana tepat untuk kami berdua. Tadi, pagi-pagi sekali dia menghampiri saya, ia menyodorkan tangannya yng penuh karet gelang sisa bungkus nasi di tangannya. Ia menggumamkan sesuatu, tapi saya tidak paham. Tapi dari karet gelang di tangannya saya maklum :: ini karetnya sudah tambah banyak, sudah bisa dirangkai buat lompat tali. malam sebelumnya saya emang iseng ngambil karetnya lalu saya jalin, tapi terlalu pendek kalau mau dipakai main lompat tali. Pagi ini, dia bahagia sekali mengajak saya bermain lompat tali.

Teman kecil saya yang lain ada si Rohil, borok di lehernya membuka mata saya; bukan dia satu-satunya penyintas di Gor Sampang ini yang kena tomcat. Kondisi penyintasan belum kondusif benar, semua orang tumplek-blek jadi satu. Baru ketika relawan YEU datang, penyintas dibuatkan shelter yang lebih rapi. Semua penyntas didata ulang, setiap rumah tangga dibuatkan shelter sesuai kebutuhan dan jumlah anggota keluarga.     



Saya juga bertemu si kembar Sughro dan Kubro yang selalu ketakutan tiap kali didekatin orang baru. Setiap kali saya mendekati dua bocah berumur dua tahun ini, mereka akan menghindar, mencari-cari kakaknya. Di kemudian hari, ketika punya kesempatan ngobrol dengan kakaknya, Siti Romlah, saya baru tahu kenapa si kembar ini trauma dengan orang baru. 

Masih ada beberapa teman kecil saya seperti Hikmah, Ayu, Isrofil, Hawa' dan beberapa lain yang belum saya hafal betul nama dan rautnya. Sayang, saya tidak bisa berada lebih lama di sana seperti yang sudah saya rencanakan bersama my partners in crimes. Saya harus segera pulang ke Tual karena suatu alasan, padahal belum genap seminggu saya di Sampang. Hingga saat ini selalu ada keinginan untuk kembali menemui teman-teman kecil saya. Dan saya juga berdoa, agar kelak mereka bisa kembali ke kampung halaman mereka; tanah leluhur mereka dimakamkan, dan tempat mereka dilahirkan (Pram).

Thursday 11 October 2012

isyaratkah...



gambar dari sini


Kau duduk menyamping di teras depan
Bercelana training biru dan
Singlet putih nan lusuh
Siang itu, aku akan kembali bepergian jauh

Pundak membungkuk
Kepala tertunduk
Tubuhmu terguncang, terguguk

Kau senandungkan nada
Firasat, selaku tak lagi akan sua

Mobil berderu
Melaju
Hatiku  turut berinaian
Tempias di kaca jadi kenangan



Monday 8 October 2012

Merindu

gambar dari sini


Aku merindukanmu
Pada setiap tetes air
Yang menginginkan uar
Panas yang keluar dari bumi
; bau tanah saat hujan hendak turun

Aku merindukanmu
Pada setiap helai dedaunan
luruh di atas tanah
; yang di atasnya pohon tegak berdiri





Tuesday 2 October 2012

#gambar idoep: Dear John....



Tidak mudah jadi orang baik. Jangan pernah berpikir jadi orang baik, jika kau tak sanggup hidup mendahulukan dan mengutamakan orang lain.
  


Savannah, tipekal gadis baik-baik. Tidak merokok, minum, atau kelayapan malam hari.  Alim bin hindun? Tidak juga. Ia layaknya remaja lain. Suka berkumpul sesama teman sebaya, melakukan hal-hal menyenangkan berrsama. Ke pantai bareng-bareng misalnya…

Tetap saja, dia gadis berhati mulia. Yang menghibahkan waktu liburan musim semi untuk membangun kembali rumah seorang warga yang roboh akibat diterpa badai. John Tyree, gebetan cakepnya, bahkan diajaknya serta.

John Tyree mungkinlah orang yang sangat dicintai Savannah. Yang selalu dikirimi surat cinta di manapun John Tyree dan pasukan perangnya berada. Yang mungkin ingin dinikahinya kelak. Yang dengannya, ia akan menghabiskan masa tua di tepi pantai sambil memandang senja. Tangan keriput John akan tanpa henti mengelus rambut Savannah yang sudah memutih. Mungkin.

Namun, sekali lagi,Savannah ini peri berbudi baik. Ia relakan hidupnya untuk Alan dan Tim. Alan anak tetangganya, mengidap autis sejak kecil. Ia mengenal baik Alan sejak baru lahir. Alan tidak dekat dengan orang lain selain Savannah, Tim dan orang-orang yang menurut Alan baik.

Dan Tim, dia ayah Alan. Di saat Alan beranjak besar, Tim menderita kanker. Tim jatuh cinta pada Savannah. Dia sadar, cinta Savannah hanya untuk John, namun ia tetap melamar Savannah. Setidaknya saat Tim sudah tidak ada, ia bisa pergi dengan tenang lantaran Alan berada di bawah pengasuhan orang yang tepat. Dan Savannah, dia memang putri paling baik. Ia menerimanya dengan lapang.

Savannah dan John percaya, suatu ketika mereka akan bertemu kembali. Semoga :)


__________________
beberapa hari terakhir ini saya punya banyak waktu luang, jadi bisa  buat nonton pilem :)



Saturday 29 September 2012

kembali


Kembali…
Adalah ziarah panjang menapaktilasi ruang dan waktu kita bermula

Setiap yang berjiwa awalnya dari ada yang tak mewujud
Maka kembalinya pun pada ketakwujudan
Itu yang aku yakini, dan aku percaya jiwa-jiwa yang pergi masihlah ada

Seharusnya kepergian jiwamu adalah hal wajar
Yang sepatutnya kuantar penuh keihlasan
Akhirya sampai pula kau pada rumah tempatmu berasal

Namun
...
...
Kau bisa menebak apa yang terjadi padaku sekembalimu

Sebab kau pernah mengada di sini, ketakwujudanmu menyisakan kehilangan juga kerinduan

Malang, 25 september 2012



___________________

this is not my september

Wednesday 26 September 2012

matahari

Taken from here



Aku ini tetumbuhan
Julur dan cuar hanya
Menuju satu arah
-Kehangatanmu-

Saturday 22 September 2012

sebagai angin


Sebagai angin
Kadang riuh
Gemuruh serta
ribut macam topan badai

Lamun sesekali
Hanya semilir
Dan sepoi-sepoi
Berhembus pelan dan lembut

Sebagai angin;
Bergerak datang untuk kemudian berlalu
tak pernah bisa kupeluk.

Agustus 2012

Friday 21 September 2012

Still Liebster...


Seperti janji saya sebelumnya untuk menyicil tugas The Liebster Award, di postingan ini saya akan menuntaskan dua tugas2 berikutnya. mulai dari membuata 11 pertanyaan, menentukan 11 orang berikutnya (ini susah sekali, harus milih sebelas orang dari kalian semua), dan terkahir menginformasikan kepada penerima award.

11 Pertanyaan dari saya:
  1. Sudahkah anda salat/ berdoa hari ini?
  2. Hal apa yang bisa membuatmu berbahagia?
  3. Apa yang paling kamu inginkan dalam hidupmu?
  4. Apa bacaan favorit kamu?
  5. Siapa tokoh, karakter, atau figur favoritmu?
  6. Apa yang pertama kali kamu lakukan ketika bangun tidur?
  7. Satu hal apa yang paling tidak kamu inginkan untuk diketahui orang lain?
  8. Seberapa sering kamu mandi?
  9. Hal apa yang bisa membuatmu bersedih?
  10. Tempat manakah yang sangat ingin kamu kunjungi?
  11. Bagaimana pendapat kamu tentang blog novi?
11 orang yang beruntung:

Sebenarnya saya ingin memberikan award ini kepada semua yang sudah setia berkunjung di sini, tapi award ini hanya boleh diberikan kepada 11 orang saja. Ini dia nama-nama yang saya pilih .

9  award buat teman-temanku yang sedang senang-senangnya nge-blog :)... semangat terus yah!!  
  1. Leeta Fauziah
  2. Esha Fatmawati
  3. Winda safitri
  4. Helmi
  5. Feni Wahyuni
  6. Inaz
  7. Dian Kurniati
  8. Icha Rumaf
  9. Cindi Ryanika
dan 2 award untuk teman blogger saya 
  1. Farrel Fortunas
  2. Annesya
jangan lupa mampir di sini untuk mengetahui peraturan dan mengambil awardnya :)

Congratz..

Thursday 13 September 2012

maklum(at) & Award

Ya ampun.. setelah ditinggal beberapa minggu, lah kok, blog ini udash berdebu, untung belum lumutan...

Setelah dari Madura, saya langsung tancap gas pindah haluan ke rumah, Tual-Maluku. Saya sudah mempersiapkan modem, tapi sesampai di sini tidak berfungsi baik, sedikit impoten. Saya lupa, sinyal hape saja susah minta ampun, apalagi modem 6_6. Malam ini saya memutuskan untuk ke warnet. Really miss you all, guys :) 

Oya, saya dapat award, the liebster award, dari Rian. Trims yah.. maap baru bisa saya jemput sekarang. Ini award untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri sesama blogger. Setiap penerima wajib menuliskan 11 hal tentang dirinya. Selain itu wajib menjawab 11 pertanyaan yang diberikan, membagikan award ini ke 11 orang lainnya (link orang yang ingin Anda bagikan ke dalam posting), lalu buat 11 pertanyaan baru uintuk teman-teman yang Anda anugrahi award ini. terakhir, jangan lupa sampaikan kepada teman-teman Anda bahwa mereka beruntung mendapat award ini. 



Hokeh... Untuk malam ini saya akan mencicil menuliskan 11 hal tentang saya dan menjawab pertanyaannya. Sisanya pe-er yah ^.^

11 Hal Tentang Novi
 1. Novi itu kalo lagi tidur gak bisa diganggu, susah dibangunkan. Biar ada maling masuk juga gak ngerti. Teman saya sampai-sampai harus masuk kamar lewat jendela gara-gara saya tidak bisa dibangunkan.
2.Waktu SD pernah bercita-cita jadi atlet bulu tangkis. Sekarang jadi suporter doank.
3. Saya suka sama anak-anak. Biasanya kalau saya sedang mudik ke rumah saudara-sauadara, sepupu-sepupu saya yang masih kecil, semuanya saya ajak tinggal di rumah saya. Saya bahagia, tapi mama saya kerepotan mengurus mereka, sedang bapa saya jadi hobi marah-marah.
4. Mahasiswa sastra Inggris yang tidak mengenal baik satu pun sastrawan Inggris.
5. Saya dua bersaudara, punya adik satu dan tidak punya kakak.
6. Suka ngaku ke orang-orang kalau saya tiga bersaudara atau lebih. Ucapan kan doa, siapa tahu mama saya masih bisa kasih adik lagi.
7. Princess Hours, judul drama korea favorit saya.
8. Pernah punya pikiran jadi pegawai perpustakaan di kota saya, Kan sepi tuh, jadi saya bisa seharian baca buku tanpa ada yang ganggu. xoxoxo
9. Kadang-kadang saya orangnya jorok. Pura-pura lupa kalau belum cuci tangan sebelum makan, ngupil sembarangan, tapi gak pernnah loh yah eong (maap) sembarangan...
10. Pencinta Aril dan Chairil. Saya rasa dua orang ini rada mirip-mirip gitu.... (perasaan saya ajah kali yah)
11. Saya suka dengar lagu, apalagi kalo yang nyanyi cowok dan suaranya seksi macam Aril, David Cook, AX7. 

11 Pertanyaan Rian :
1. Apa pengalaman unik saat SMP kelas 1?
SMP saya langsung dimasukkan ke asrama, SMP yang bener2 full day school gitu. Minggu pertama nangiiis mulu.
2.         Apa pengalaman unik saat SMP kelas 2?
Aha! Sampai smp kelas dua, badan saya gak besar-besar juga. Bapa saya masih kuat gendong saya dan adik saya sekaligus :)
3.         Apa pengalaman unik saat SMP keals 3?
akhirnya yah... setelah nunggu @ tahun, saya bisa juga jadi juara 1. Bangga banget ^,^
4.         Apa pengalaman unik saat SMA kelas 1?
SMA saya sekolah di Solo, dan ini pertama kali saya ke Solo. 
5.         Apa pengalaman unik saat SMA kelas 2?
Pengabdian masyarakat di Bayat, Klaten pasca gempa Jogja.
6.         Apa pengalaman unik saat SMA kelas 3?
Saat ujian UAS bukannya belajar, malah setiap malam nonton pertandingan Thomas & Uber Cup bareng teman-teman di kantor sekolah. 
7.         Lebih suka puisi atau kata-kata mutiara? Kanapa?
Apah yah? susah ini mah.. relatif yah. kadang suka puisi, kadang juga suka kata mutiara. tapi kalau bikin puisi, dikit-dikitsaya ngerti...
8.         Lebih suka kumpulan cerpen atau novel? Kenapa?
Hmm.. kalo dikasih novel atau kumcer, saya terima ajah. gak pernah nolak gratisan. Wkwkwkwk
9.         Lebih suka snack rasa apa: pedas manis, pizza, bbq atau original?
Original! Saya tidak suka rasa-rasa-an -yang dibuat-buat.
10.       Kalau mendapat hadiah buku yang genre atau jenisnya kurang disuka, akan tetap dibaca sampai habis, dibaca sekedarnya saja, atau disimpan saja?
Simpan dulu, kalau stok bacaan habis baru deh saya baca
11.       Apa yang paling kamu sukai dan yang paling tidak kamu sukai dari blog saya ini?
Jujur boleh kan... @? Yang paling saya suka isi blognya. Banyak pengetahuan mengenai sastra. Saya biasanya jadi silent reader, kadang turut komen. Nah, yang kurang sreg itu, template-nya doank sih... (soal selera ajah kuk).
*Sisanya buat pe-er dulu yah..  


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...