Saturday 23 February 2013

sepaket kamu

                    


                      Aku ingin mengenalmu
                                        Kamu yang diri
                                     Kamu yang liyan 

                      Aku ingin menerimamu
                            Kamu yang kamu  [k]
                            Kamu yang aksen [k'] 

                        Aku ingin mencintamu
Kamu, serta sepaket kekamuanmu


Tuesday 19 February 2013

sekarang cantik itu Korea..


Kalo ada lagunya lee chul seung, geu sarang, di playlist hape saya, itu karena saya ketularan ponakan saya yang masih kelas 2 SD, Nisa.
Kalau saya suka nonton Dream High dan iseng-iseng ngapalin soundtracknya, itu karena ketularan Nisa juga.
Kalo saya berulang-ulang nyanyiin reff lagunya Cherrybel, itu juga karena Nisa sering banget nyanyi lagu-lagu mereka. (emang Cherrybel girlband Korea?)

Ternyata bukan cuma remaja ke atas penggemarnya, anak-anak pun sudah pada melek Korea. Kalau sebatas suka lagu, drama, dan film, saya pikir ini masih dalam tahap wajar demam gelombang korea. Tapi kalau sampai mau jadi tkw pun harus di Korea, kuliah harus di Korea? Cantik harus Korea? Entahlah…

Gelombang besar demam Korea sedang bergulung-gulung menghantam kita saat ini. Saya kira kita sama-sama tahu, tapi saya ingin merekamnya -meski tak banyak- untuk kita kenang kelak.

Sekarang dunia hiburan sampai bacaan pun seolah condong berkiblat ke Korea. Fenomena boyband dan girlbind macam Sm*sh, Hitz, atau 7icon adalah sekian dari perayaan mimikri total panggung hiburan Korea. Saya rasa bukan itu saja, beberapa sinetron Indonesia pun pernah mengadaptasi drama Korea, yang paling saya ingat Benci Bilang Cinta meniru Princess Hours.

Bukan di panggung televisi saja yang sedang terhegemoni Korea. Saya sempat terkaget-kaget waktu ke toko buku. Teenlit dan novel-novel sekarang juga mimikri Korea juga. Judul dan isinya pada Oppa-oppa dan saranghae-saranghae gitu.

Kalau yang dewasa saja menganggap itu sebagai sesuatu yang lazim, saya khawatir dengan anak-anak yang sedang tumbuh kembang. Bagaimana mereka akan memaknai pertarungan wacana ini.

Pernah suatu kali saya memergoki Nisa sedang menaburi tubuhnya penuh bedak tebal. Dari wajah sampai kaki. "Biar putih, Ma Novi." ujar nisa polos. Diam-diam saya berdoa, semoga dia tidak tahu kalo Bayclin di kamar mandi itu produk pemutih (pakaian).

Di lain waktu, di bilang gini ke mamanya, "Mami, aku pengen punya mata kayak begini,"  kedua tangannya menarik kulit sekitar ekor matanya sedikit ke belakang. Saya dan mamanya hanya saling memandang penuh arti sambil menahan tawa. See, dia pengen punya mata sipit! Dia belum tahu, gadis-gadis korea justru pengen punya mata lebar kayak punya dia.

Aduh, miris. Setiap kali kita menonton artis-artis korea depan layar kaca, sepertinya kita tidak sekadar menikmati lagu, drama, dan tariannya. Rupa-rupanya kita juga mengonsumsi ras, fetis, dan ideologi serta.

Setiap hari, kita diserbu pelbagai macam tanda. Tanda-tanda berhamburan menghampiri kebermaknaanya dalam diri kita. Wacana Korea menggempur tanpa ampun. Dominasi, bukan lagi soal siapa menjajah siapa. Sekarang berbalik jadi siapa menghegemoni siapa. Kita dikepung pertarungan ideologis, yang menurut Stuart Hall, setidaknya ada tiga sikap yang akan muncul; menerima, bernegosiasi, atau melawan. Mari melihat ke dalam diri kita sendiri, seperti apa sikap kita.

 






Monday 11 February 2013

cowok perokok




...dengan segala keburukan...

Bila cowok, sebaik apapun orangnya, kalau dia merokok justru akan menampakkan sifat-sifat buruk. Setidaknya dalam perspektif dan pengalaman saya pribadi :)

"Mbak, maaf kalau menganggu, gak papa kan yah saya merokok?" biasanya kalau mau merokok dan kebetulan ada cewek, cowok akan dengan sopan dan ramah meminta izin terlebih dahulu. Lah kalau cowoknya sopan begitu, ditambah orangnya cakep, cewek hanya ngangguk-ngangguk setuju. Meski sebenarnya ogah banget menghirup asap rokok.

Mungkin si cowok sebenarnya tahu itu menganggu, tapi mau bagaimana lagi, ngerokok udah kayak kentut yang tidak bisa ditahan. Ngepul jalan terus. Coba kalau si cewek bilang, 'gak boleh," beberapa mungkin akan berusaha negosiasi ini itu biar tetap ngerokok. Call him egotistical

Itu baru satu jeleknya. Cowok perokok, kalau sama cewek juga mendadak jadi pelit. Soalnya dia gak nawarin "Mbak, mau rokok juga?" seperti yang akan dia lakukan ke sesama pria.

acak dr eyang google 

Tuh, kan. Ternyata yang pelit ini juga bisa dibilang bias gender. Mentang-mentang sama cewek, apalagi yang berjilbab, terus dikira gak (boleh) ngerokok, jadi si cowok urung berbagi. #loh?

Thus, dia rada bego dikit. Mungkin kecurigaan saya satu ini yang sedikit lebih tepat. Cowok tadi bisa saja bukannya pelit atau bias gender, hanya saja dia tahu merokok itu bukan amalan sehat, dan dia tidak niat mengajak orang, utamanya cewek, untuk tercebur dalam kejelekan. 

Cowok ini mestinya sadar akan bahaya merokok dan tahu niat baik dia itu tidak sama baiknya. Banyak penelitian yang bilang bahwa resiko sebagai perokok pasif lebih berbahaya dibanding jadi perokok aktif. Dengan tidak menawari si cewek rokok, atas nama kesopanan dan segala norma yang dianutnya, dia berandil besar dalam membunuh si cewek secara perlahan tapi pasti. Padahal cuma kebagian asapnya doang.

Saya bukan perokok yang aktif-aktif banget sih, tapi saya menolak untuk jadi perokok pasif. Saran saya buat para cowok perokok, merokoklah yang baik dan benar secara sehat dan cerdas atau tidak sama sekali ;)




Tuesday 5 February 2013

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...